Biografi Sastrawan Bawean “Sir Baidy Iskak”

39 Dilihat

Mochammad Natsir Abrari atau dalam dunia sastra lebih dikenal dengan Sir Baidy Iskak. Sir Baidy Iskak sebagai pengarang daerah yang cukup profesional dan pernah mendapat beberapa penghargaan.

Sejak kecil sir Baidy sudah menyukai dunia sastra, utamanya drama dan puisi. Sejak kelas I SMP hingga kelas 2 SMA, Beliau selalu menjuarai pertandingan baca puisi se-Kabupaten Gresik, sehingga menjelang kelas 3 SMA, Beliau sudah tidak diperkenankan mengikuti pertandingan baca puisi lagi. Kemudian, pada tahun 1972, Beliau merantau ke Jakarta. Selama sepuluh tahun di Jakarta Sir Baidy bergelut dengan dunia teater.

Pada tahun 1976 memimpin “Teater Bara” di Cilincing Jakarta Utara. Kemudian bergabung dengan “Teater Gelut”, dan memimpin “Teater Sunda Kelapa”. Terakhir Sir Baidy bersama teaternya “Art Study Club” berhasil menjuarai Festival Teater Remaja di Taman Ismail Marzuki. Selama di Jakarta Sir Baidy belajar teater pada Rendra, Putu Wijaya dan Adi Kurdi.

Setelah selama sepuluh tahun di Jakarta, akhirnya Sir Baidy pulang ke kampung halamannya yaitu pulau Bawean. Sesampainya di Bawean, Sir Baidy mendirikan “Teater kesit” dan dua kali berturut-turut berhasil menjuarai festival Teater di Taman Budaya Cak Durasim Surabaya. Pada Tahun 1992, Sir Baidy dipercaya oleh Persatuan Bawean – Singapura untuk membuat drama yang akan dipentaskan di Singapura, Malaysia, Tanjung Pinang dan Batam. Ternyata, drama ini benar-benar sukses karena pada saat pementasan drama ” Lanapak Ka Jhudhuna” di gedung Kallang Theatre Singapura, penonton yang menyaksikan pementasan drama ini yaitu sekitar 2400 penonton. Padahal, biasanya pementasan semacam ini maksimal hanya ditonton oleh 800 penonton.

Sir baidy sering menerima penghargaan sastra, khususnya dalam bidang drama, teater, dan puisi. Menurut pengakuan Sekretaris Persatuan Bawean – Singapura Kala itu, Saudari Noorliyati: ” Tidak disangka di Pulau kecil macam Bawean ini, ada seorang yang mampu menjerumuskan (mewakili) pemikirannya ke dunia Internasional “.

Sir baidy memiliki profesi yang beragam, sebagai sastrawan, budayawan, akademis, kritikus, dan aktifis, dengan segala konsekuensinya. Selain mengarang dan menyutradarai drama, Sir Baidy juga menulis cerpen dan puisi. Puisi sir Baidy sudah ada dalam bentuk budget kecil dengan judul “Seratus Delapan Puluh Derajat”. Sir baidy juga pernah menjadi guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP dan SMU Negeri dan Swasta di Bawean, dan pernah mengajar teater di Jakarta. Hingga kini, Sir Baidy masih aktif menulis puisi, cerpen, dan drama, juga sebagai pelatih teater. (iwn)